Hotline (+62) 811 366 7011, (+62) 354 7634977,
(+62) 815 5640 2274
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri
Jl. Erlangga 1 Kediri
Telp./Fax. : (+62) 354 691776

Breaking News

Wisata Kediri

Informasi

Paket Desa Wisata Sumber Podang



POKDARWIS PODANG LESTARI
                        Jl. Raya Wisata Sumber Podang Ds. Joho Kec. Semen Kab. Kediri
PAKET WISATA PETUALANGAN SUMBER PODANG TH. 2014
  1. 1.      WISATA ALAM (min. 8 peserta)
  • Tour desa wisata (transportasi, snack dan minuman)                             @Rp. 25.000,-
  • Sunrise / moon rise trip (plus kopi dan snack)                                         @Rp. 15.000,-
  1. 2.      WISATA EDUKASI (min 10 peseta)
  • Ternak lebah madu (materi edukasi + wedang madu)                            @Rp.  7.000,-
  • Kerajinan anyaman bamboo (materi edukasi)                                         @Rp.  5.000,-
  • Bercocok tanaman bunga, buah, padi, palawija                                      @Rp.  5.000
  • Seni anyaman janur                                                                                  @Rp.  5.000
  • Kerajinan limbah plastic                                                                           @Rp.  5.000
  1. 3.      WISATA SENI BUDAYA (min. 10 peserta)
  • Membuat dan bermain music bambu                                                      @Rp.  7.000
  • Menikmati atraksi music lesung                                                              @Rp.  5.000
  • Menikmati ajian seni Jaranan tradisional                                                            @Rp. 25.000
  1. 4.      WISATA KULINER (min. 5 peserta)
  • Paket tumpengan / slametan                                                                   @Rp. 500.000
  • Belajar memasak nasi goring tiwul / aneka kripik / jajan desa              @Rp. 15.000
  1. 5.      OUTBOND (min. 20 peserta)
  • Paket outbond : flying fox, keli kalen (river tubing), spider net, two lines bridge, ice beraker, fun games, team work dll plus makan siang, minuman segar dan buah segar.
  • Playgroup / TK                                                                                          @Rp. 50.000
  • SD / SMP                                                                                                   @Rp. 55.000
  • SMA / DEWASA                                                                                         @Rp. 60.000
INFORMASI / PEMESANAN hubungi
  • Marianto   Hp 0878-5856-0889
  • Andayani    Hp 0858-5359-9709
  • Sunarwan  Hp 0815-5585-6622
  • Adi Hasto    Hp 0816-5496-5586
Read more ...

SRI AJI JAYABAYA: PERJALANAN MENEMBUS RUANG DAN WAKTU



Pamuksan Sri Aji Jayabhaya terletak di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri dengan jarak ± 20 Km arah timur laut Kota Kediri. Kata “Pamuksan” sendiri berasal dari kata dasar “Mukhsa” dengan awalan pa dan berakhiran an yang bermakna tempat/lokasi, kata ini memiliki arti tempat hilang/naiknya jiwa dan raga manusia secara bersama-sama menghadap “Sang Pencipta” di alam kelanggengan. Pamuksan Sri Aji Jayabhaya memiliki luas tanah ± 1650 m2, secara kajian arkeologis pada area pamuksan tidak ditemukan adanya data-data yang mendukung adanya suatu bangunan/struktur bangunan candi ataupun bangunan kuno yang bernilai arkeologis, namun dari kajian Toponim asal kata “Menang” pada Desa Menang saat ini akan merujuk pada kata “Mamenang” yaitu nama sebuah tempat dimana Sri Aji Jayabhaya pernah bertahta berabad-abad silam. Dan tidak mengherankan pula apabila disekitar Desa Menang ini banyak tersebar situs-situs arkeologis yang antara lain : Situs Arca Thotok Kerot (Dwarapala) di Bulupasar, ± 1 Km sebelah selatan Desa Menang dan Situs Calon Arang (Struktur bangunan) di Sukorejo, ± 1 Km sebelah timur Desa Menang. </span></div>
Sri Aji Jayabhaya atau Sri Mapanji Jayabhaya adalah sosok raja yang termashur dalam dinamika kesejarahan Indonesia pada masa Jawa Kuna. Diantara raja-raja masa Kerajaan Kadiri, Sri Mapanji Jayabhaya merupakan raja yang terbesar yang kemashurannya masih terpelihara sampai dengan saat ini, terutama apabila dikaitkan dengan ramalan-ramalannya tentang Tanah Jawa yang teruntai dalam Serat Jangka Jayabaya.

Sri Mapanji Jayabhaya memiliki gelar dengan Abhiçekanama, <i>“Sri Maharaja Sri Warmesswara Madhusudana wataranindhita Suhrtasingha Parakrama Digjayo-Ttunggadewanamma Jayabhayalancana”</i>. Gelar Abhiçekanama ini memiliki arti : “ Sang Raja Agung, Sang Mulia Pemilik keadilan, Titisan Wisnu yang tanpa cela, Maha kuat dan berani laksana singa dan pemenang atas dunia, dialah Jayabhaya “.

Sri Mapanji Jayabhaya bertahta di Kadiri-Mamenang pada tahun 1135 – 1157 Masehi, Raja ini tidak hanya terkenal karena hasil kasusasteraannya yang agung, (oleh sejarawan, masa Jayabhaya disebut sebagai jaman emas karya sastra Jawa Kuna) namun Sri Mapanji Jayabhaya juga terkenal karena “kecemerlangannya” dalam memimpin Kerajaan Panjalu. Kecemerlangan Jayabhaya terbukti pada politik penyatuan kembali kerajaan Panjalu-Jenggala dibawah Panji-panji kebesaran KERAJAAN KADIRI pada tahun 1157, dua kerajaan ini dahulu dibagi oleh Raja Airlangga yang juga merupakan leluhur Sri Mapanji Jayabhaya.

Kemenangan Sri Mapanji Jayabhaya atas Jenggala ini ditorehkan dalam sebuah prasasti bernama Prasasti Hantang (berada di daerah Ngantang-Malang), dan juga di"epos"kan dalam sebuah karya sastra berbentuk Kakawin yang berjudul “BHARATAYUDHA”. Tokoh Jayabhaya dalam Kakawin Bharata Yudha diibaratkan sebagai sosok Arjuna yang berhasil memenangkan perang Bharata Yudha pada perang saudara antara Pandawa dan Kurawa. Karya Sastra ini disebut pula sebagai Jayasastra (karya sastra tentang kemenangan) yang dikarang oleh Empu Sedah dan dilanjutkan Oleh Empu Panuluh. Beberapa karya sastra lain yang diciptakan pada masa Jayabhaya antara lain adalah Gathotkacaçraya, Hariwangça dan Serat Jangka Jayabhaya.

Pamuksan Sri Aji Jayabhaya dibangun oleh masyarakat Kabupaten Kediri sebagai bentuk penghormatan atas kebesaran leluhurnya, pembangunan pamuksan Sri Aji Jayabhaya pertama kali dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 1972 dan diresmikan pada tanggal 17 April 1976. Pembangunan ini diprakarsai oleh Yayasan Hondodento yang berasal dari Yogyakarta. Bangunan yang ada di Pamuksan terdiri dari 3 (tiga) bagian pokok, yaitu Loka Muksa (tempat Sri Aji Jayabhaya muksa), Loka Busana (Lambang tempat busana sebelum muksa) dan Loka Mahkota (Lambang tempat Mahkota diletakan sebelum muksa). Selain bangunan pamuksan pada area ini juga terdapat bangunan Sendang Tirto Kamandanu, yaitu bangunan kolam yang memiliki sumber air, tempat bersuci sebelum pelaksanaan kegiatan ritual di pamuksan. Kegiatan ritual yang dilaksanakan setiap tahun di Pamuksan Sri Aji Jayabhaya adalah Kegiatan Upacara Adat Ziarah Sri Aji Jayabhaya, kegiatan upacara adat ini dilaksanakan setiap tanggal 1 Sura (pada kalender penanggalan Jawa).
<a href="http://pariwisata.kedirikab.go.id/wp-content/uploads/2014/12/Ritual-di-pamuksan-Joyoboyo.jpg"><img class="alignnone size-medium wp-image-329" alt="Ritual di pamuksan Joyoboyo" src="http://pariwisata.kedirikab.go.id/wp-content/uploads/2014/12/Ritual-di-pamuksan-Joyoboyo-300x198.jpg" width="300" height="198" /></a>

Kegiatan Upacara Adat ini terdiri dari beberapa rangkaian prosesi yang diawali dengan prosesi kirab pusaka yang diikuti oleh masyarakat dan sesepuh Desa Menang dilanjutkan dengan prosesi ziarah dan tabur bunga di bangunan Pamuksan, setelah kegiatan inti kemudian dilanjutkan dengan kegiatan berbagai hiburan rakyat. Kegiatan Ziarah Sri Aji Jayabhaya, saat ini telah menjadi salah satu bagian dari kelender event pariwisata di Kabupaten Kediri dan merupakan andalan pariwisata minat khusus (wisata budaya) Kabupaten Kediri. (dari berbagai sumber by epri)
Read more ...

LEGENDA SUMBER UBALAN-KALASAN - CERITA ADIPATI PANJER


Pada suatu ketika tersebutlah daerah bernama Panjer, tepatnya berada di barat Gunung Kelud (saat ini berada di wilayah Plosoklaten Kabupaten Kediri). Daerah Panjer dipimpin oleh seorang adipati yang bijaksana bernama Adipati Panjer. Kadipaten Panjer ini merupakan daerah yang subur, gemah ripah loh jinawi, rakyatnya hidup tenteram dan damai.

Seperti halnya para pemimpin di Jawa, Adipati Panjer memiliki kegemaran (hobby) memelihara ayam jago dan secara rutin mempergelarkan laga pertandingan ketangkasan sabung ayam di Pendopo Kadipaten Panjer. Kegiatan sabung ayam ini dapat disaksikan secara umum oleh seluruh lapisan masyarakat Panjer.

Pada suatu ketika dalam arena sabung ayam jago, tersebutlah seorang pemuda tampan bernama Gendam Smaradana yang memiliki ayam jago wido selalu mengikuti kegiatan sabung ayam di pendopo Kadipaten Panjer. Ketampanannya ini ternyata menarik perhatian Istri Adipati Panjer sehingga iapun menaruh hati pada Gendam Smaradana.

Ketertarikan Istri Adipati Panjer yang berlebihan memicu kecurigaan sang Adipati. Maka diam-diam Adipati Panjer menyusun rencana untuk melenyapkan Gendam Smaradana dari Kadipaten Panjer. Sang Adipati mengajak Gendam Smaradana untuk bertanding di arena sabung ayam dan sang Adipatipun dengan sengaja mencari-cari kesalahan Gendam Smaradana, hingga pada puncaknya Adipati Panjer menghunus senjatanya untuk menikam Gendam Smaradana. Namun istri sang Adipati yang mengetahui gelagat suaminya itu berteriak sehingga Gendam Smaradana berhasil berkelit dari serangan sang adipati dan reflek pemuda ini membalas serangan adipati dengan menusukkan sebilah pisau miliknya ketubuh sang adipati, malang tak dapat ditolak sang adipatipun tertusuk dan menemui ajalnya. Adipati Panjer tewas ditangan Gendam Smaradana.

Tewasnya Adipati Panjer ini menjadikan kemarahan seluruh rakyat Panjer, mereka beramai-ramai mengejar Gendam Smaradana dan Istri Adipati Panjer untuk membalas kematian pemimpinnya itu. Melihat kemarahan rakyat Panjer, Gendam Smaradana dan Istri Adipati Panjer melarikan diri ke arah timur menuju menuju Hutan, rakyat Panjer-pun mengepung hutan itu. Gendam Smaradana dan Istri Adipati Panjer yang terkepung dan terdesak, akhirnya mereka berdua memutuskan menceburkan diri di sebuah sumber air (sendang) di tengah hutan hingga merekapun hilang (murca) disana. Bersamaan dengan terceburnya dua orang ini, maka sumber air tersebut meluap/tumpah secara terus menerus (bahasa Jawa=Mubal), masyarakat yang masih diliputi kemarahan menutupi/menyumbat sumber air ini dengan ijuk dan tanaman kedelai. Untuk mengingat peristiwa tersebut, sendang tersebut oleh masyarakat diberi nama Sendang Kemantenan dan pada masa kemudian dikenal sebagai sendang/sumber Ubalan. Sampai kini masyarakat setempat memiliki kepercayaan berupa pantangan membuat sapu ijuk dan menanam serta mengolah kedelai, adapun Hutan tempat pelarian dua orang tersebut diberi nama Hutan Wonorejo dan saat ini masih sering didatangi oleh muda-mudi sedangkan Gendam Smaradana diabadikan dalam bentuk arca yang diberi nama arca Smaradana yang sampai sekarang keberadaan arca tersebut masih ada di Desa Panjer, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri.(epri)
Read more ...

Kediri - Treasure of Java


“Kediri Harta Karun Jawa”, adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Kediri yang makmur, gemah ripah lohjinawi. Berawal dari letak geografisnya yang berada dilembah Sungai Brantas, diapit Gunung Kelud dan Gunung Wilis menjadikan tempat ini sebagai wilayah dengan kesuburan tanah yang cukup tinggi. Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan subur, kehidupan manusia berjalan dengan baik dan tertata, hingga peradaban besarpun terbentuk di wilayah ini.Adalah Kerajaan Kadiri, merupakan cikal-bakal institusi besar bersifat agraris yang berkuasa di Jawa pada kurun waktu 1045-1222 Masehi. Institusi ini telah memberikan warna serta menorehkan tinta emas dalam kronologi kesejarahan Indonesia di masa lalu. Kesuburan tanah yang menjadi modal utama dalam kehidupan di Kerajaan Kadiri dikelola secara maksimal, hingga puncak kemakmuran tercapai. Kondisi sosial-politik, ekonomi dan keamanan telah tertata sempurna, semua telah bekerja dengan baik pada tugas-tugasnya. Petani bekerja disawah untuk memuliakan tanamannya, pedagang bekerja di pasar untuk meningkatkan kehidupannya, demikian juga para abdi praja dan para pujangga.

Bameswara, Kameswara, dan Jayabhaya adalah sebagian raja-raja besar yang pernah memerintah Kadiri, Bharatayudha, Gathotkacasraya, Sumanasantaka terlahir sebagai karya besar pujangga-pujangga Kadiri. Situs Tondowongso, Situs Arca Tothok Kerot dan Situs Prambatan adalah bukti kebesaran karya monumental Kadiri. Wayang Krucil, Wayang Mbah Gandrung, Reog dan Jaranan merupakan wujud budidaya dan kearifan lokal para seniman Kadiri. Panji, Garudeya Emas, Koin Kepeng, dan Krishnala adalah wujud pengakuan atas eksistensi Kadiri. Semua bersinergi menuju perkembangan dalam keselarasan untuk Kejayaan Kadiri, hingga Tuhan kelak menentukan takdirnya.

Pada abad XVIII hingga medio abad XX, nusantara dirundung duka, inilah masa-masa kegelapan dimana nusantara dicengkeram dalam derita penjajahan. Kediri sebagai bagian dari wilayah nusantara tidak terlepas dari eksploitasi kolonial. Sebagai wilayah yang subur, Kediri dieksploitasi sebagai sentra penghasil produk-produk agrikultur, hampir setiap kecamatan di Kediri didirikan pabrik gula, dan Kediri di mata eropa dikenal sebagai “Duizen Suiker Fabriek Staad”, Kota dengan seribu pabrik gula. Ini menguatkan eksistensi Kediri sebagai wilayah yang subur dan produktif. (epri)
Read more ...
Designed By Published.. Blogger Templates