“Kediri Harta Karun Jawa”, adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Kediri yang makmur, gemah ripah lohjinawi. Berawal dari letak geografisnya yang berada dilembah Sungai Brantas, diapit Gunung Kelud dan Gunung Wilis menjadikan tempat ini sebagai wilayah dengan kesuburan tanah yang cukup tinggi. Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan subur, kehidupan manusia berjalan dengan baik dan tertata, hingga peradaban besarpun terbentuk di wilayah ini.Adalah Kerajaan Kadiri, merupakan cikal-bakal institusi besar bersifat agraris yang berkuasa di Jawa pada kurun waktu 1045-1222 Masehi. Institusi ini telah memberikan warna serta menorehkan tinta emas dalam kronologi kesejarahan Indonesia di masa lalu. Kesuburan tanah yang menjadi modal utama dalam kehidupan di Kerajaan Kadiri dikelola secara maksimal, hingga puncak kemakmuran tercapai. Kondisi sosial-politik, ekonomi dan keamanan telah tertata sempurna, semua telah bekerja dengan baik pada tugas-tugasnya. Petani bekerja disawah untuk memuliakan tanamannya, pedagang bekerja di pasar untuk meningkatkan kehidupannya, demikian juga para abdi praja dan para pujangga.
Bameswara, Kameswara, dan Jayabhaya adalah sebagian raja-raja besar yang pernah memerintah Kadiri, Bharatayudha, Gathotkacasraya, Sumanasantaka terlahir sebagai karya besar pujangga-pujangga Kadiri. Situs Tondowongso, Situs Arca Tothok Kerot dan Situs Prambatan adalah bukti kebesaran karya monumental Kadiri. Wayang Krucil, Wayang Mbah Gandrung, Reog dan Jaranan merupakan wujud budidaya dan kearifan lokal para seniman Kadiri. Panji, Garudeya Emas, Koin Kepeng, dan Krishnala adalah wujud pengakuan atas eksistensi Kadiri. Semua bersinergi menuju perkembangan dalam keselarasan untuk Kejayaan Kadiri, hingga Tuhan kelak menentukan takdirnya.
Pada abad XVIII hingga medio abad XX, nusantara dirundung duka, inilah masa-masa kegelapan dimana nusantara dicengkeram dalam derita penjajahan. Kediri sebagai bagian dari wilayah nusantara tidak terlepas dari eksploitasi kolonial. Sebagai wilayah yang subur, Kediri dieksploitasi sebagai sentra penghasil produk-produk agrikultur, hampir setiap kecamatan di Kediri didirikan pabrik gula, dan Kediri di mata eropa dikenal sebagai “Duizen Suiker Fabriek Staad”, Kota dengan seribu pabrik gula. Ini menguatkan eksistensi Kediri sebagai wilayah yang subur dan produktif. (epri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar